Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

About

Ulasan Berita tentang Skateboard

Tak hanya remaja atau bahkan orang tua yang akrab dengan skateboard, intensitas anak-anak dalam mengakrabi skateboard meningkat pesat. Bahkan bisa dikatakan, gaya hidup skater yang antikemapanan ini, sudah dimulai sejak kecil.
Hal tersebut terlihat ketika “PR” menyambangi toko Hobbies, yang terletak di Jln. Tirtayasa 16 Bandung. Tak sekadar toko yang menjual perlengkapan skate, di sudut belakang toko terdapat tiga miniramp. Belasan anak muda tampak bersemangat menunjukkan kebolehan. Tak terkecuali anak-anak.
Seperti yang sedang dilakukan oleh Nabil Rasheed Musadi (5). Rupanya sejak berusia 3 tahun, ia sudah diajak ayahnya untuk bermain skateboard. Dengan mengenakan perlengkapan safety untuk bermain skateboard, Nabil mulai berdiri di atas papan skate dengan dibantu oleh ayahnya.
“Sekarang Nabil udah bisa ollie, kick flip juga udah pernah dapet dua kali ya, Bil?” tanya sang ayah, Phaerly Maviec Musadi (33), yang dijawab dengan anggukan kepala Nabil.
Ollie adalah gerakan dasar dalam bermain skateboard. Yaitu manuver loncatan biasa. Ketika melakukan ollie, tubuh skater mengikuti papan yang meloncat ke depan atau statis. Sementara itu kick flip, yaitu membuat putaran pada papan sebanyak satu kali atau lebih (ke arah kiri atau kanan) dengan posisi tubuh melayang di udara.
Phaerly atau yang biasa dipanggil Pei, membawa beberapa anak asuhnya yang tergabung dalam yayasan yang didirikannya, Yayasan Adikaka, untuk bermain skateboard. Hal tersebut dilakukan Pei untuk memberikan alternatif kegiatan bermain bagi anak-anak.
“Kasihan anak-anak karena ruang publik untuk bermain yang menyenangkan di Bandung sudah jarang, jadi kita harus mencari alternatif lain. Salah satunya adalah mengajak mereka bermain skateboard supaya mereka punya penyaluran bermain,” kata Pei, yang juga mengelola “Parental Advisory Baby Clothing” ini.
Perkataan Pei diamini Deni Rohaendi (10), atau biasa dipanggil Endo. Menurut Endo, kepuasan bermain skateboard didapat karena sensasi rasa seru yang diperoleh. “Rasanya seru banget, waktu pertama main sih memang deg-degan, tetapi sekarang enggak lagi, malah enak, apalagi kalau rame,” kata Endo.
Kecelakaan ketika bermain skateboard yang menyebabkannya harus masuk ke rumah sakit, rupanya tak membuat Endo kapok berlatih. “Waktu jatuh terus berdarah, sempat diomelin sih sama mama, tetapi habis itu boleh lagi main skateboard, soalnya aku suka banget,” ucap Endo, yang bercita-cita ingin mendirikan skateshop ini kelak.
Keseruan bermain skateboard juga disampaikan oleh Setia Eriana (12), atau yang akrab disapa Eri. “Seru banget, ramai juga. Makanya walau aku suka jatuh, ya langsung main lagi, kan langsung diobatin,” kata Eri, yang disambut gelak tawa teman-temannya.
Serupa dengan Eri, Mochamad Ridwan (12) mengaku sangat gemar dengan permainan yang satu ini. Sejak berusia 10 tahun, ia dan teman-temannya kerap menghabiskan waktu senggang untuk bermain skateboard di sekitar Jln. Baranang Siang. “Kalau libur, suka main sampe malam banget. Soalnya kan enggak ada tempat main khusus, jadi main di tempat parkir, dan nunggu sepi,” ucap anak pertama dari dua bersaudara ini.
Skateboard, menurut Pei, ampuh menjadi alternatif kegiatan anak-anak untuk mengisi waktu senggang. “Ini positif untuk menyalurkan hobi daripada anak-anak nongkrong enggak jelas dan ketika besar jadi melakukan hal negatif,” ucap Pei.
Dengan adanya kegiatan alternatif sekaligus penyaluran hobi bermain skateboard, anak-anak bisa bermain dengan leluasa. Ruang publik yang nyaman dan skatable, bisa membuat mereka lebih menyalurkan kepuasan bermain.